Sedikit dari Semeru

Setelah 1 semester berkutat dengan skripsi, menulis program pagi siang malam, akhirnya sidang skripsi saya selesai 18 September 2018, butuh sebuah perayaan sekaligus refreshing otak, dan akhirnya saya memilih untuk mendaki semeru.

Pendakian ke semeru sudah terencana dari setahun yang lalu, namun selalu gagal karena satu dan lain hal, salah satunya adalah soal dana, sebagai mahasiswa yang uang saku bulanannya masih dibiayai orang tua rasanya kurang afdol kalau biaya untuk bersenang-senang harus minta juga ke orang tua.
Akhirnya setelah tabung menabung, dan sedikit tambahan dari hasil freelancer, terkumpulah dana yang cukup untuk mendaki semeru. Tinggal cari masa..

Mulai mendaki sejak 2 tahun yang lalu dan semuanya selalu bersama teman kelas, saya memilih melempar ide mendaki semeru ke teman-teman kelas, hasilnya tidak ada yang bisa ikut karena kebanyakan masih berkutat dengan tugas akhirnya masing-masing. Sudah pasrah mungkin bukan rejekinya mendaki semeru tahun ini, tiba-tiba teman sewaktu SMP bernama Petra bercerita kalau ia punya ide ingin mendaki semeru, kebetulan saya sudah siap, dan kebetulannya lagi teman saya tersebut juga sudah sangat siap, maka direncanakan lah pendakian tersebut dengan teman SMP saya.

Singkat cerita, setelah berkali-kali gagal dapat tiket berangkat, akhirnya dapatlah tiket tanggal 25 Oktober, dan bertambah rekan pendakian saya 1 orang yaitu Haidar yang merupakan teman satu jurusan Petra, bertiga kami mulai bertualang.


25 Oktober 2018

Perjalanan ke Malang dilakukan dengan terpisah, saya dari Jakarta, Petra dan Haidar dari Cirebon, namun tetap dalam satu kereta yang sama, kereta legenda yang menjadi andalan banyak orang, apalagi kalau bukan Matarmaja, dipilih karena biaya nya yang sangat murah, terima kasih Kemenhub yang masih mempertahankan subsidi untuk kereta Matarmaja.

Buat sebagian orang, rute panjang dengan kelas kereta ekonomi sangat melelahkan, tapi buat kami yang 'dipaksa' budget rasanya senang-senang saja, kunci nya cuma nikmati perjalanan dengan turun sebentar dari kereta di setiap stasiun pemberhentian dan berbincang dengan penumpang disebelah.


26 Oktober 2018

Bertemu rombongan pendaki semeru lain di kereta akhirnya kami memutuskan untuk berangkat dari Stasiun Malang bersama-sama, kami mengikuti plan rombongan pendaki tersebut karena mereka sudah memiliki kontak angkot menuju Tumpang sampai jeep menuju Ranu Pane. Salah satu tips mendaki semeru yang saya dengar adalah hati-hati kena catut, kami sudah berhati-hati tapi tetap kena juga, nasib.

Sampai di Ranu Pani jam 11 siang, waktu itu hari Jum'at jadi loket simaksi ditutup, dan buka lagi jam 1 Siang. Buat yang ingin mendaki semeru siapkan berkas-berkas pendakian sedetail mungkin, terutama yang ringan-ringan seperti Materai 6000 fotokopi KTP anggota pendakian dan keperluan berkas lainnya yang ada di berkas pendaftaran simaksi online.

Simaksi selesai, dan kita di breafing di ruang breafing yang berada tidak jauh dari tempat simaksi, kami hanya breafing bertiga dengan pihak TNBTS, info yang disampaikan cukup jelas, intinya perhatikan baik-baik insha allah perjalanan anda lancar.

Pendakian dimulai..

Manusia-manusia patuh Hukum

Sempat berfikir lebay soal "Semangka semeru adalah semangka paling enak se Indonesia" ternyata saya kecanduan semangka semeru, mungkin karena sedang lelah diperjalanan pendakian saja atau memang benar-benar enak, disetiap pos yang menyediakan semangka selalu kami beli.

Indah seindah awal-awal jadian

Saking hype nya pendakian kali ini, sampai lupa mengabadikan moment di sepanjang perjalanan, ditambah setelah melewati Pos 1 menuju Pos 2: Watu Rejeng jalanan mulai berkabut membuat langkah kami sedikit dipercepat, sampe tiba-tiba sampai di sebuah bukit dan terlihat Ranu Kumbolo yang melegenda, waktu itu jam sudah menunjukan pukul 17.00.

Sampai di Ranu Kumbolo langsung buka tenda, masak, makan, sholat, dan tidur...

selanjutnya akan dilanjut di bagian ke dua ya.